Klasifikasi dan morfologi
tanaman jagung
(Zea mays L.)
Jagung
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio :
Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis
: Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo
: Graminae (rumput-rumputan)
Familia
: Graminaceae
Genus
: Zea
Species
: Zea
mays L.
Jagung (Zea
mays sp) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang
terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok,
sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan
beberapa daerah di Indonesia.
Di masa kini,
jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan
lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan
bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan
baku berbagai produk industri. Dari
sisi botani dan agronomi, jagung
merupakan tanaman model yang menarik, khususnya di bidang genetika, fisiologi, dan pemupukan Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang
intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari.
Sebagian jagung
juga merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat
penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam. Dalam
kajian agronomi, perilaku jagung yang dramatis dan khas terhadap kekurangan
atau keracunan unsur hara tertentu menjadikan jagung sebagai tanaman percobaan
fisiologi pemupukan yang disukai
Keasaman tanah erat hubungannya dengan
ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5.
Morfologi tanman jagung
Akar.
Sebagai anggota monokotil,
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 80
m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 20 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman (Burhanuddin, 2009).
Batang jagung
Batang jagung tegak dan mudah terlihat,
sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat
mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.
Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang
jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Irfan, 1999).
Daun.
Daun jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah,
tangkai, dan helai daun. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan tangkai daun
terdapat lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan
daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas
dimiliki Poaceae (suku
rumput-rumputan). Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami
kekeringan, sel-sel kipas akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat
daun melipat ke bawah sehingga mengurangi transpirasi
(Puslitbangtan, 1993).
Bunga.
Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,
yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma. Bunga betina tersusun dalam tongkol (Sinuraya, 1989).
Susunan bunga jagung adalah diklin,
yaitu memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman
(berumah satu atau monoecious). Bunga tersusun majemuk, bunga
jantan tersusun dalam bentuk malai tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas ,sedangkan betina dalam bentuk tongkol. Pada jagung, kuntum
bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal:
gluma). Tangkai tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Bunga jantan (malai).
Bunga betina jagung (tongkol),
terlindung oleh klobot, dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya
adalah tangkai putik.
Tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5
hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri (Soemadi, 2000)
Tanaman semusim (annual)
yang dalam budidaya menyelesaikan satu daur hidupnya dalam 80-150 hari (sekitar
3 sampai 5 bulan), tergantung kultivar dan saat tanam. Istilah "seumur
jagung" menggambarkan usia rata-rata jagung yang berkisar tiga sampai
empat bulan Sekitar paruh pertama dari daur hidup merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap reproduktif.
Sebagian jagung merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di
bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam.
Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Rata-rata dalam budidaya mencapai 2,0 sampai 2,5 m, meskipun
ada kultivar yang
dapat mencapai tinggi 12 m pada lingkungan tumbuh tertentu Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum rangkaian bunga jantan
(malai). Meskipun ada yang dapat membentuk anakan (seperti padi), pada umumnya
jagung tidak memiliki kemampuan ini. Tangkai batang beruas-ruas dengan tiap
ruas kira-kira 20 cm. Dari buku melekatlah pelepah daun yang memeluk tangkai
batang. Daun tidak memiliki tangkai. Helai daun biasanya lebar 9 cm dan panjang
dapat mencapai 120 cm.
Daftar pustaka
Nurdin. 2005. Pertumbuhandanproduksijagung
(Zea mays L.) VaritaSLamuru yang dipupukPhonskadosisberbeda di MooduKecamatan
Kota Timur Kota Gorontalo. J. Eugenia 11: 396-400.
Putu Budi Adnyana, Ida Bagus Putu
Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Singaraja.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1985,
Morfologi Tumbuhan, 81-82, 126, 236-237, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Widyastuti, Yustina E. dan
Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah, dan
Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta