BUDIDAYA MENTIMUN
Jenis-Jenis Mentimun
Menurut Sugito (1992), jenis mentimun yang banyak dibudidayakan dan diminati
masyarakat yakni: 1) jenis mentimun Jepang (Japanese varietas), timun ini
berasal dari Jepang dengan ciri buah panjang antara 18-20 cm dengan berat buah
80-120 g, diameter 1,5-2,5 cm, memiliki buah berasa manis, dan kandungan air
lebih sedikit. 2) jenis mentimun hibrida yang disilangkan dengan dua jenis
induk yang mempunyai sifat-sifat unggul dan keturunannya memiliki sifat yang
lebih baik dari induknya. Salah satu mentimun hibrida yakni varietas Hercules
56 yang memiliki ciri buah berwarna hijau, panjang 20 cm, diameter 4 cm, umur
panen 35 hari dan memiliki percabang yang banyak dan tahan terhadap penyakit
downy mildew. 3) jenis varietas mentimun lokal berasal dari petani setempat
dengan ciri tanaman memiliki umur berbunga 20-30 hst dan umur panen 30-35 hst,
warna buah muda sangat beragam, yaitu putih, hijau, atau hijau keputihan,
sedangkan warna buah tua kuning atau coklat, panjang buah antara 12-19 cm
(Sumpena, 2002).
Syarat Tumbuh
Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung sampai lempung
berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik. Mentimun membutuhkan pH
tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian tempat 100-900 m dpl. Mentimun juga
membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan bekas
penanaman mentimun dan familinya seperti melon, semangka, dan waluh. Aspek
agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran komersil
lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai
meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan (Wahyudi, 2011).
Untuk pertumbuhan yang
optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup dengan temperatur
optimal antara 21 0 C – 30 0 C. sementara untuk suhu perkecambahan biji optimal
yang dibutuhkan antara 25 0 C – 35 0 C Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki
oleh tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Sementara
curah hujan optimal untuk budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bln, curah hujan
yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga
karena akan mengakibatkan menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
Hasil penelitian
Rachmat dan Gerard (1995), mengatakan syarat tumbuh tanaman mentimun pada
ketinggian ≥ 1000 m dpl, harus menggunakan mulsa plastik perak hitam karena di
ketinggian tersebut suhu tanah ≤ 18o C dan suhu udara ≤ 25o C. sehingga
penggunaan mulsa akan meningkatkan suhu tanah dan di sekitar tanaman.
Cara Budidaya Mentimun
Benih
Dalam konteks budidaya mentimun, benih dituntut memiliki mutu tinggi sebab
benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum. Benih dijamin
kwalitasnya dan memiliki mutu tinggi yakni benih yang bersertifikat. Benih
bersertifikat pada dasarnya telah lolos tes mutu benih yang meliputi. 1) mutu
genetik, 2) mutu fisiologik, dan 3) mutu fisik (Sadjad, 1977).
Mutu benih
mencangkup pengertian sebagai berikut: 1) Mutu genetik yang merupakan
penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukan
genetik dari tanaman induknya. Dengan ciri mutu benih dan tanaman
menyerupai sifat induknya. 2) Mutu fisiologik yang mencakup kemampuan
daya hidup atau viabilitas benih seperti daya kecambah dan kekuatan
benih. Dengan ciri mutu fisiologik benih yakni, kemampuan benih dalam memecah
kulit benih dalam proses perkecambahan dengan munculnya radikel dan
memanjangnya hipokotil serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. 3)
Mutu fisik merupakan penampilan benih bila dilihat kasat mata, antara lain
ukurannya homogen, bernas, bersih dari campuran benih lain maupun dari gulma
dan bebas dari kontaminasi (Sutopo, 2002).
Penyemaian
Benih umumnya akan
berkecambah segera pada keadaan lingkungan yang mendukung. Syarat umum yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan benih adalah; 1) adanya air yang cukup untuk
melembabkan biji, 2) suhu yang sesuia, 3) cukup oksigen, dan 4) adanya cahaya.
Selain itu juga, dalam proses perkecambahan benih tidak lepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor dalam (internal) dan faktor luar
(external). 1) Faktor dalam (internal) meliputi tingkat kematangan benih,
ukuran benih, dormansi benih, dan penghambat perkecambahan. Sementara itu, 2)
Faktor luar (external) meliputi cahaya, air, temperatur, oksigen, dan medium
tumbuh (Sutopo, 2002).
Benih mentimun yang
akan ditanam sebaiknya dipersiapkan media tanam/semai terlebih dahulu. Media
semai itu berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 7:3.
Sebagai tempat media dapat menggunakan polybag atau plastik transparan dengan
dilubangi untuk drainase air. Untuk menghindari tanaman terserang hama
media harus diberi Curater (Sugito, 1992).
Pembuatan Bedengan
Dalam pembuatan bedeng dengan cara pencangkulan akan mempengaruhi sifat fisik
tanah yang berfungsi memperbaiki ruang pori-pori tanah yang terbentuk diantara
partikel-partikel tanah (tekstur dan stuktur). Kerapatan dan
rongga-rongga akibat pencangkulan akan memudahkan air dan udara bersirkulasi di
dalamnya (drainase dan aerasi). Selain tempat untuk bersirkulasi, pori-pori
tanah olahan akan memudahkan pergerakan akar tanaman dalam penyerapan unsur
hara lebih mudah dan memungkinkan tanaman tumbuh subur (Hanafiah, 2005).
Pemupukan
Tanah gambut di
Indonesia tidak hanya bermasalah dengan kemasaman dan kelarutan Al yang tinggi,
tetapi juga miskin hara, terutama hara makro seperti N, P, K, dan Mg.
Oleh karena itu, pengapuran bukannya satu-satunya upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan produktivitas lahan yang ditempati tanah bersifat asam. Pengapuran
yang tidak disertai dengan pemupukan akan sama buruknya dengan pemupukan yang
tidak didahului pengapuran (Hakim, 2006).
Pemberian pupuk
bertujuan untuk mengembalikan unsur hara yang telah hilang akibat pencucian air
tanah, sehingga kebutuhan akan unsur hara tanaman dapat terpenuhi. Dalam
pengaplikasiaan pupuk meliputi beberapa cara seperti penaburan, penugalan,
pembenaman, penyemprotan dan penyiraman (Suteja, 1997).
Peranan suplai unsur
hara untuk tanaman menunjukan manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan,
hasil, dan kualitas mentimun. Jenis pupuk yang dapat digunakan pupuk organik
berupa pupuk kandang ayam 10 ton/ha, dan pupuk anorganik berupa Urea 225 kg/ha
TSP 120 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan curater. Pemupukan dilakukan 2 kali yakni
pemberian awal dan pemberian susulan. Pemberian pupuk susulan terhadap budidaya
mentimun dengan mulsa dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dengan
menggunakan pupuk NPK yang dicairkan. Cara pemberiannya dengan penyiraman
dengan dosis 50 g/10 liter air lalu disiramkan disekitar tanaman. Larutan
sebanyak itu digunakan untuk 50 tanaman (Sumpena, 2002).
Hasil penelitian Yetti
dan Evawani (2008), mengatakan bahwa pemberian pupuk organik kandang ayam
dengan dosis KCL 25 g/plot berpengaruh nyata pada parameter pengamatan jumlah
umbi per rumpun, tinggi tanaman, berat basa dan berat kering perplot.
Secara keseluruan perlakuan KCL 25 g/plot menunjukan perlakuan terbaik dari
semua pengamatan.
Penanaman
Penanaman benih dapat dilakukan jika benih telah memiliki daun 2-3 daun utama
dan benih mentimun yang sudah dikecambahkan ditanam langsung dilubang tanam
yang dibuat dengan cara penugalan sedalam 5 cm. Benih ditanam sebanyak 1
tanaman perlubang tugal dan selanjutnya lubang tanam ditutup tanah
setinggi 1 cm jarak lubang tanam 30 cm x 60 cm (Sumpena, 2002).
Pemasangan Ajir
Mentimun merupakan tanaman yang bersifat memanjat (Indeterminate), sehingga
dalam pertumbuhannya mentimun membutuhkan tiang penyangga atau ajir sebagai
tempat tegak dan pembentukan buah tanaman tidak terhalang atau terhambat.
Dengan kondisi pertumbuhan seperti ini maka persentase terbentuknya buah yang
normal (lurus) akan lebih banyak dibandingkan dengan buah-buah yang terbentuk
abnormal. Ajir berfungsi untuk 1) tempat tegak tanaman, 2) mengurangi
pembentukan buah abnormal, 3) mengurangi terserang hama, dan 4) memudahkan cara
pemanenan (Sumpena, 2001).
Pengendalihan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada mentimun sebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan
dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara pemberatasannya antara
lain dengan cara mekanis (eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia
(penyemprotan pestisida). Hama yang sering mengganggu yakni Thrips dan Imago
thripis yang merusak tanaman dengan cara menghisap cairan sel. Tanda awal dari
kerusakan ini bila daun dihadapkan ke sinar matahari akan kelihatan bintik
berwarna putih. Pengendalian serangan hama ini dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida (Khotimah, 2007).
Menurut Sugito (1992),
penyakit yang sering menyerang yakni Downy mildew (Pseudomonas cubensis Berk
dan Curt) di awali dengan adanya bintik hitam pada permukaan daun yang kemudian
berubah menjadi kuning, kemudian meluas menjadi bercak. Pemberantasan penyakit
ini dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida seperti Benlate dan Dithane.
Penyakit layu sering menyerang pada musim hujan ketika tanah tergenang dan
terlalu basah. Penyebab penyakit layu diakibatkan oleh Fusarium wilt F, dengan
cara pengendalian membuat drainase atau saluran air yang baik dan pembuatan
bedeng tanaman yang tinggi ± 50 cm (Sumpena, 2001).
Panen
Buah mentimun dapat dipanen pada umur 30-50 hst, ciri-ciri buah yang dapat
dipanen, yaitu buah masih berduri, panjang buah antara 10-30 cm atau tergantung
jenis yang diusahakan interval panen dilakukan antara 1-2 hari sekali. Panen
dilakukan dengan cara memotong tangkainya dengan pisau atau gunting. Tangkai
buah yang bekas dipotong sebaiknya dicelupkan kedalam larutan lilin untuk
mempertahankan laju penguapan dan kelayuan sehingga kesegaran buah mentimun
dapat terjaga relatif lama (Sumpena, 2001).